Indotime.online, Jakarta — Di tengah gemuruh persidangan kasus dugaan tindak asusila yang melibatkan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asy’ari, sosok Cindra Aditi Tejakinkin muncul ke permukaan, membawa cerita perjuangan dan harapan akan keadilan yang tak tergoyahkan.
Dari Belanda, Cindra Aditi Tejakinkin memutuskan untuk menempuh perjalanan jauh ke Jakarta demi sebuah tujuan yang mulia: mendapatkan keadilan atas perbuatan yang tak senonoh dari Hasyim. Dengan langkah tegap dan hati yang penuh keberanian, ia berbicara di Kantor DKPP, Jakarta Pusat, Rabu (3/7/2024), mengungkapkan tekadnya untuk mengikuti proses persidangan dengan mata kepala sendiri.
“Saya datang dari Belanda untuk menghadiri langsung persidangan ini karena saya ingin melihat bagaimana keadilan di Indonesia ditegakkan, dan sekarang adalah saatnya di mana semua keadilan itu ditegakkan oleh DKPP,” ujar Cindra dengan suara yang penuh keyakinan.
Perjalanan Cindra bukanlah tanpa tantangan. Dari awal hingga kini, ia merasakan gejolak emosi yang tak terduga, namun ia tak sendiri. Didampingi oleh kuasa hukum yang berdedikasi, Cindra melangkah dengan mantap dalam penuntutan keadilan.
Tak hanya sekadar mencari keadilan untuk dirinya sendiri, Cindra juga ingin menjadi inspirasi bagi korban lain, terutama perempuan, untuk tidak takut menuntut keadilan.
“Kepada semua korban, mau kasus apapun itu, untuk berani memperjuangkan keadilan,” ucapnya, dengan harapan bahwa suaranya akan menjadi panggilan bagi mereka yang merasakan ketidakadilan.
Dalam putusan yang mengguncang, DKPP menjatuhkan sanksi pemberhentian tetap terhadap Hasyim Asy’ari, menggugah tatanan politik dan etika penyelenggaraan pemilu.
DKPP meminta Presiden Joko Widodo untuk melaksanakan putusan tersebut, sementara Bawaslu diminta untuk melakukan pengawasan yang ketat. Di balik bayang-bayang Hasyim Asy’ari, Cindra Aditi Tejakinkin tetap berdiri, menjadi simbol perjuangan dan keberanian dalam menegakkan keadilan.